So Far: Spring 2014
Selamat datang di rubrik So Far! Ini adalah rubrik baru yang akan ngebahas anime - anime yang sedang tayang, tontonan apa yang keren musim i...
http://japan-arena.blogspot.com/2014/06/so-far-spring-2014.html
Selamat datang di rubrik So Far! Ini adalah rubrik baru yang akan ngebahas anime - anime yang sedang tayang, tontonan apa yang keren musim ini, dan beberapa hal yang berhubungan dengan kedua hal sebelumnya!
Tayangan musim semi hampir mendekati klimaksnya. Kurang lebih tersisa 3 minggu lagi sebelum judul – judul musim panas datang dan menggantikan slot musim semi. Satu hal yang saya perhatikan di musim semi ini adalah banyaknya loli yang disebar di berbagai judul anime (dua dari banyak loli itu akan saya bahas dalam tulisan kali ini.). Dan selain JoJo Bizarre Adventure dan Ping Pong, saya rasa musim semi tahun ini tidak terlalu menonjol. Yah, paling tidak ada beberapa judul yang lumayan untuk ditonton.
No Game No Life
(Nah kan, di bahasan pertama saja sudah ada loli …)
No Game No Life. Dari judulnya saja, kita bisa tahu kalau judul yang satu ini berkutat dengan permainan. Dan benar saja, anime ini menceritakan tentang dua bersaudara, Sora dan Shiro yang dijuluki 『 』 (Kūhaku, kurang lebih artinya kekosongan). Mereka berdua adalah genius dalam bidang permainan apapun ketika bekerja sama. Suatu ketika, mereka bosan dengan realitas yang ada di dunia mereka, dan secara ajaib, mereka dipanggil oleh ‘Tuhan’ dunia permainan untuk bermain di dunia-Nya.
Plot dan world building dari anime ini lumayan solid. Referensi untuk karakter juga beragam, walaupun fanservice juga bertebaran seenaknya. Tapi alasan saya menonton anime ini adalah guyonan – guyonan yang dilemparkan. Sangat banyak parodi dapat ditemukan di anime ini. Yang benar – benar mengena di ingatan saya adalah parody JoJo Bizarre Adventure dan Laputa – Castle in The Sky. Selain parodi, karakter yang berfungsi sebagai comic relief pun (Stephanie Dola, a.k.a. Steph, a.k.a. Wall-Headbanging Princess) juga menjalankan pekerjaannya dengan baik. Dari segi grafis, anime garapan Madhouse ini kurang lebih sama seperti Sunday without God, yang juga diproduksi oleh studio yang sama tahun lalu. Tokoh protagonis loli, teknik pewarnaan over–saturasi, dan background painting yang detail dengan berbagai mood yang berbeda.
Yang membuat anime ini tidak normal adalah: Anime ini diadaptasi dari novel ringan, di mana sang pengarang novel tersebut bukanlah orang Jepang tulen! Sang pengarang, Yū Kamiya (nama asli: Thiago Furukawa Lucas), adalah illustrator dan novelis non-Jepang pertama yang sukses di Jepang. Mungkin atau enggak, hal ini akan membuat banyak orang non-Jepang untuk berusaha sukses di Jepang?
Chaika The Coffin Princess
(Lho, loli lagi, loli lagi …)
Anime yang satu ini juga merupakan adaptasi dari novel ringan berjudul sama. Berkisah tentang seorang gadis misterius yang bernama Chaika, yang melakukan perjalanan untuk mengumpulkan sisa tubuh ayahnya (yep, kamu tidak salah baca. SISA TUBUH AYAHNYA).
Dengan format yang hampir sama seperti No Game No Life (tokoh protagonis adalah saudara plus loli), Chaika The Coffin Princess menawarkan setting fantasy yang jarang digunakan di judul lain, di mana seorang gadis cilik bisa menggunakan sniper rifle (yang berfungsi seperti tongkat ajaib penyihir), dan gadis cilik lainnya bisa berubah menjadi seekor naga yang besarnya bisa melebihi rumah penduduk. Lumayan absurd kan? Chaika sendiri tidak banyak berkomunikasi (serius. Cara. Bicara. Chaika. Itu. Seperti. Ini.)
Studio BONES memproduksi anime ini, dan bisa saya bilang, tidak terlalu banyak usaha dilakukan. Misalnya saja, pada beberapa scene, terjadi drawing collapse. Dan terkadang, sekuens animasi hanya mendapatkan flat-coloring (tanpa shading). Entah apa alasannya, namun meski terdapat kejanggalan di sana – sini. Chaika tetap menjadi tontonan yang, yah lumayan.
Selector Infected WIXOSS
Sejujurnya, saya baru menonton Selector Infected WIXOSS ini sekitar satu minggu yang lalu. Itu pun karena beberapa rekomendasi dan review yang mengatakan bahwa WIXOSS bisa jadi anime terbaik musim ini (padahal, sudah jelas JoJo dan Ping – Pong lah yang akan memenangkannya.). Namun, walaupun apa yang dikatakan rekomendasi dan review itu berlebihan, saya rasa WIXOSS (baca: Wi Cross) merupakan salah satu anime yang tidak umum sebagai media promosi mainan.
Anime ini bercerita tentang seorang gadis bernama Rūko, seorang yang … kita sebut saja ‘tidak bisa diprediksi’, merasa kesulitan bergaul, sampai pada suatu hari, saudara sepupunya membawakan ia WIXOSS, sebuah Trading card Game, yang populer di kalangan para gadis. Saat itu, segalanya nampak normal. Lalu, kenormalan itu berakhir ketika ia mengetahui bahwa kartu WIXOSS yang ia pegang bisa bicara, dan dapat mengabulkan keinginannya! Sejak saat itu, Rūko mulai bermain dalam sebuah permainan yang mempertaruhkan keinginan, bersama para Selector lainnya.
Seperti yang sudah saya bilang, Selector Infected WIXOSS adalah contoh anime sebagai media promosi mainan (dalam hal ini, Trading Card Game) yang tidak umum. Jika anime sejenisnya cenderung bergenre aksi dan komedi dengan tokoh protagonis yang sangat muda (biasanya siswa sekolah dasar atau sekolah menengah), WIXOSS cenderung mengangkat sisi gelap dari permainan itu sendiri. Cara penyajian karakter pun dibuat segelap mungkin, dengan tiap karakter memiliki masing – masing masalah yang hanya bisa diwujudkan oleh keajaiban. Lalu, dibumbui oleh plot twist yang tidak ada habisnya. Walaupun sebenarnya, tidak ada hal baru yang ditawarkan oleh WIXOSS. Yang dilakukan para pembuat WIXOSS ini hanyalah memberikan twist baru di dalam sebuah tren yang sudah amat jenuh dengan template yang itu – itu saja. Dan itu pun bukan hal yang buruk. Kejenuhan tadi mereka gunakan sebagai kesempatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda, dan Selector Infected WIXOSS pun akhirnya menjadi anime yang layak tonton musim ini.
oOo
Saya rasa cukup dulu pembahasan saya tentang anime musim ini. Sebagai bonus, nih saya kasih screenshot Aki – Lucky, dari anime Selector Infected WIXOSS.