Loading...

[Review] Patema Inverted

Sebentar lagi, musim semi akan berakhir, digantikan oleh musim panas. Sambil nunggu musim panas (dan segala kebaikannya, termasuk kuarte...


Sebentar lagi, musim semi akan berakhir, digantikan oleh musim panas. Sambil nunggu musim panas (dan segala kebaikannya, termasuk kuarter kedua dari JoJo Bizarre Adventure: Stardust Crusader dan Space Dandy season 2) datang, tidak ada salahnya kalau saya me-review salah satu tontonan animasi non – serial apik yang saya tonton musim ini (bukan, saya bukan mau membahas Madoka: Rebellion), Patema Inverted. Film animasi yang tayang perdana tahun 2013 kemarin, akhirnya dirilis versi blu-ray-nya pada bulan April lalu. Anime ber-genre fantasi dan petualangan ini mendapatkan perhatian saya setelah promosinya yang gencar melalui berbagai macam media sosial. Dan saya akui, saya menikmati karya suguhan Yasuhiro Yoshiura ini.

Bagi Patema, dunia Age terbalik. Sementara bagi Age, hanya Patema sendiri yang terbalik. Menurut Patema, dunia Age adalah tempat yang menyeramkan, di mana pada setiap detik ia melepaskan pegangannya, ia akan jatuh, ke langit. Menurut Age, dunianya sendiri adalah tempat yang menakutkan, di mana semua yang penasaran dengan langit akan menjadi seorang pendosa, dan akan ditarik, ke langit. Ketika dua individu ini bertemu, mereka akan membuka sudut pandang baru dalam masing – masing diri mereka, dan berdua akan memecahkan misteri tentang langit, pendosa, dan keterbalikan itu sendiri.

Patema, investigating the ruin.
Age, looking at the sky

Premis yang dibangun ini sangat menarik. Di mana di dalam sebuah dunia, tinggallah dua macam manusia. Keduanya sama – sama terikat dengan sebuah gaya gravitasi. Tapi, ada suatu hal yang membuat mereka berbeda sama sekali: bagi satu sama lain, mereka tampak terbalik. Bagi orang – orang ‘normal’, mereka yang ‘terbalik’ adalah pendosa, yang sudah sepantasnya dihukum, sebagaimana langit menelan pendahulu mereka. Oleh karena itu, diciptakan sebuah tata masyarakat yang keras, dengan sebuah larangan yang tidak boleh sama sekali untuk dilanggar: sesorang tidak boleh menatap pada langit, di mana para pendosa ditelan. Sementara, bagi orang – orang yang ‘terbalik’, prioritas utama mereka adalah bertahan hidup, bahu membahu membangun kembali apa yang telah hancur, dan berusaha untuk menghindari kesalahan yang telah dilakukan oleh pendahulu mereka. Kedua hal yang bertolak belakang ini dijadikan sebagai penggerak cerita utama dari Patema Inverted.

The infamous painting about the sinner.
Pertanyaan tentang moralitas terbesit di sini. Mengapa orang – orang yang ‘normal’ berusaha keras untuk menghukum para pendosa, jika mereka yang berdosa telah menyadari kesalahan mereka, dan berusaha untuk tidak melakukannya lagi? Ada sebuah ambiguitas di dalam premis (atau lebih tepatnya bisa disebut doktrin) yang diceritakan pada awal film. Dan di sini, kita disuguhi petualangan Patema dan Age, mengungkap kebenaran dibalik cerita, doktrin, ajaran, dan apapun yang telah ditetapkan oleh para pendahulu mereka.

Age dad's Shed, homebase of Age and Patema.



Age
Izamura
Patema
Kombinasi Patema dan Age sebagai lead protagonist merupakan kombo yang unik. Patema, putri seorang pemimpin suatu masyarakat, dan pembangkang tingkat tinggi. Age, seorang putra penemu dan peneliti, yang hancur jiwanya, setelah melihat ayahnya mati sia – sia dalam pekerjaannya. Walaupun begitu, keduanya tetap mengikuti rumus klasik petulangan berbumbu romansa, yaitu proses boy meets girl. Namun, ketika keduanya bertemu, ada sebuah hal yang membuat pasangan ini lebih menarik daripada pasangan protagonis pada umumnya. Latar mereka yang amat berbeda (bisa dikatakan perbedaannya seperti bumi dan langit), membuat proses perkenalan mereka sangat unik. Patema dan Age saling penasaran terhadap asal – usul mereka, dan dimulailah petualangan mereka berdua. Lalu, dikenalkanlah seorang tokoh antagonis, Izamura. Izamura, yang memiliki jabatan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di dunia Age, merupakan contoh klasik dari seorang tokoh antagonis: bengis, congkak, bahkan mengarah ke Megalomania. Penokohan Izamura yang seperti tadi menjadi komplemen yang pas bagi Age dan Patema, yang memiliki kualitas sebagai tokoh protagonis. Sayangnya, tidak dijelaskan seperti apa latar belakang Izamura, sehingga kualitas antagonistik dari Izamura terasa komikal.

Soal grafis dan animasi, saya rasa Yasuhiro Yoshiura berhasil memukau saya, dan banyak penonton lainnya. Sutradara yang satu ini, walaupun tidak menelurkan banyak karya, tetap menjadi sutradara yang patut diperhitungkan karena karya – karyanya yang lain, Pale Cocoon dan Time of Eve (keduanya dapat ditonton di Crunchyroll, secara gratis), juga menjadi tontonan yang keren. Penggambaran latar belakang dan setting juga sangat detil. Pada tempat tinggal Patema, misalnya. Unsur steampunk ditambah dengan detil yang hampir bisa menyaingi studio Ghibli, menjadi pemuas mata dengan sendirinya. Sekuens animasi di mana Patema dan Age berusaha untuk kabur dari antek – antek Izamura juga keren. Dianimasikan secara halus dan perlahan, tidak ada gerakan berlebihan yang membuat sekuens ini terasa cartoonish. Tiap – tiap detil pergerakan dibuat serealistis mungkin, sampai – sampai saya berpikir, mungkin saya akan bisa melompat sejauh itu kalau ‘menggendong’ seseorang yang terbalik. Tapi, menurut saya, hal yang paling memorable dalam Patema Inverted adalah ketika Age menatap langit saat mengikuti kelas (baca:doktrin), lalu sang guru melarangnya. Pada saat itu, terpampang dengan jelasnya, sebuah lukisan tentang orang – orang yang ditelan oleh langit.

Patema's hometown(?)
Musik latar juga menjadi pendukung suasana yang apik. Meskipun didominasi oleh genre orkestra, tambahan unsur electronica dan choir menjadikan scene – scene di dalam Patema Inverted sebuah tontonan audio-visual yang rapi. Karya Michiru Oshima kali ini benar – benar keren, setelah sebelumnya ia juga mengisi komposisi untuk Hal dan Little Witch Academia, serta Fullmetal Alchemist. Lagu penutup Patema Inverted juga tidak kalah keren. Berjudul Patema Inverse, lagu bernuasa baroque ini dibawakan dalam bahasa Esperanto oleh Estelle Michaeu, seorang penyanyi asal Prancis. Liriknya sendiri bercerita tentang plot dari Patema Inverted. Kalau saya deskripsikan musik di dalam Patema Inverted: sebuah pelengkap keren untuk sajian yang apik.

Pada akhirnya, Patema Inverted, yang menjanjikan petualangan, menepati janjinya kepada para penontonnya. Tapi, hanya itu. Tidak ada ‘bonus’ yang diberikan. Tidak ada latar belakang yang rumit, tidak ada mekanisme yang membingungkan, tidak ada cerita pendukung yang membuat anime ini menjadi terlalu kompleks. Dan dengan ketiadaan bonus – bonus yang biasanya diminta oleh para penonton, Patema Inverted berhasil menyajikan apa yang seharusnya mereka sajikan dengan rapi dan apik: semangat berpetualang, walaupun pada keadaan yang jauh dari kata ideal.
Review 12271819882525524

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item

[EVENT] Doki Doki Festival

[EVENT] COSGRAPH 2014

Sosmed-Arena

UTAINDO


Gabung dengan Kami

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *