[Review] Ryuugajou Nanana no Maizoukin
Di antara banyaknya judul keren, dan beberapa judul yang tidak keren (salah satunya Fuuun Ishin Dai Shogun) yang menghiasi musim semi i...
https://japan-arena.blogspot.com/2014/07/review-ryuugajou-nanana-no-maizoukin.html?m=0
Di antara banyaknya judul keren, dan beberapa judul yang
tidak keren (salah satunya Fuuun Ishin Dai Shogun) yang menghiasi musim semi
ini, entah kenapa saya sama sekali tidak melirik judul yang satu ini: Ryuugajou
Nanana no Maizoukin. Dan, setelah menontonnya (secara marathon) kemarin, saya
lumayan menyesal. Anime sebagus ini luput dari pengamatan saya. Sambil menulis
ulasan ini, saya sambil berpikir, mengapa pada awalnya saya memutuskan tidak
menonton serial ini, dan malah menonton Brynhildr in the Darkness (yang
akhirnya malah saya tinggalkan pada tengah – tengah musim). Mungkin bukan hanya
saya, karena memang pada awalnya, banyak yang menganggap Nanana sebagai anime
yang biasa – biasa saja.
Ryuugajou Nanana no Maizoukin dibuka dengan adegan perburuan
harta karun oleh sang tokoh utama sendiri, Nanana Ryuugajou, dan dua orang
temannya. Pada saat yang sama, terdengar narasi Nanana tentang keinginannya
untuk mewujudkan suatu tempat bagi para anak muda untuk berpetualang. Skip ke belasan tahun setelahnya,
diperkenalkan protagonis bernama Yama Juugo. Juugo, yang mendatangi pulau Nanae
karena telah “dibuang” oleh keluarganya, menyewa sebuah apartemen murah pada
seseorang bernama Maboro Shiki. Ketika ia mengecek kamar apartemennya, bukan
main kagetnya ketika ia menemukan seorang gadis dengan santainya sedang makan
Pudding sambil menonton TV dan main game online. Juugo pun langsung terkejut
dan melaporkannya kepada Shiki. Dan dengan entengnya Shiki mengatakan kalau
gadis yang dilihat oleh Juugo adalah hantu dari Ryuugajou Nanana, yang dibunuh
di kamar itu sepuluh tahun lalu!
The main characters, assembled. |
Juugo, yang tidak memiliki pilihan untuk keluar dari
apartemen itu karena ia tidak lagi memiliki uang sepeser pun, akhirnya tinggal di
apartemen itu bersama Nanana. Tak lama setelah itu, Juugo mengetahui kalau
pulau Nanae itu sendiri didirikan oleh Nanana dan teman – temannya yang
memiliki julukan GREAT 7, dan di pulau Nanae itu sendiri tersebar berbagai
macam harta karun yang telah dikumpulkan oleh Nanana semasa ia hidup. Kehidupan
Juugo pun mulai berbelok ke arah yang lebih menarik, terlebih saat ia
berkenalan dengan Ikyuu Tensai, yang mengaku sebagai detektif handal, dan
bergabung dengan klub petualangan, yang dipimpin oleh Isshin Yuiga, untuk
mencari berbagai harta karun terpendam milik Nanana. Premis yang dijabarkan
sejauh ini tampak begitu sederhana, kan? Ternyata, apa yang ditawarkan oleh serial ini jauh dari kata sederhana.
Kebohongan Juugo no. 1 |
Pertama, mari kita lihat sejenak salah satu tokoh
protagonisnya, Yama Juugo. Pada episode awal, Juugo nampak seperti karakter
utama pada kebanyakan anime: seseorang yang kemampuan fisik yang memadai, namun
tidak sebanding dengan inteleknya (pada episode awal, ia kepergok memiliki fetish pada maid dan gadis berkacamata). Namun, seiring berjalannya cerita,
terungkap juga latar belakang Juugo, yaitu seorang ahli waris dari kelompok
pencuri terkenal, Matsuri, yang benar – benar dibuang oleh ayahnya (ketua
kelompok Matsuri) karena ia tidak tahan dengan ideologi Matsuri yang menurutnya
konyol (nantinya, ia juga akan berkata bahwa ideologi Tensai dan Yuiga juga
konyol). Juugo juga cenderung manipulatif (sebenarnya hampir seluruh karakter
di serial ini memiliki sifat ini). Pada saat tertentu, ia memanfaatkan Tensai
untuk menyelesaikan Ruins milik
Nanana, agar bisa mengontak anggota Matsuri, untuk berhadapan dengan Yuiga yang
menghianati ia dan Tensai pada saat perburuan harta karun Nanana pertamanya! Kemampuan Juugo
untuk menolak ideologi – ideologi konyol tadi, ditambah dengan sifat manipulatifnya
menjadikan Juugo sebagai sebuah tokoh yang kompleks. Namun kompleksitas Juugo
tidak serta – merta merumitkan plot dari anime
ini. Tokoh – tokoh pendukung seperti Hoshino Daruku, maid Tensai yang ternyata adalah seorang laki – laki, dan dan Ibara
Yuu, tangan kanan Yuiga yang nampaknya siap “meledak” kapan saja saat Yuiga
memerintahkannya, meringankan aura ketengangan dan misteri yang berputar di
kalangan tokoh utama.
Ledakan spektakuler Ibara #1 |
Ledakan spektakuler Ibara #2 |
Ledakan spektakuler Ibara #3 |
Oke, sudah pusing membaca deskripsi karakternya? Jangan
khawatir, karena apa yang saya katakan tidak sepenuhnya terlihat di dalam
serial itu sendiri. Dan kalaupun kalian tidak mengerti dengan apa yang saya
maksudkan pada paragraf sebelumnya, kalian masih dapat menikmati anime ini.
Visual yang keren, arsitektur yang memikat, mekanisme Ruins yang kreatif, dan pola pikir Tensai (yang benar – benar
jenius, ngomong – ngomong) yang unik, namun masih dapat dicerna tanpa harus
membuat karakter lain tampak bodoh, menjadi poin plus yang bisa didapatkan dari
serial ini. Ditambah lagi dengan munculnya nama – nama yang lumayan terkenal
sebagai pengisi suara, seperti Kana Asumi (sebagai Tensai) dan Kana Hanazawa
(sebagai Daruku), Mamiko Noto, dan yang terbaik, Tomokazu Sugita. Nanana, yang
diperankan oleh Rui Tanabe juga bagus, mengingat karakter Nanana merupakan
peran utama kedua Tanabe (setelah Cecil di Wizard Barristers). Beberapa adegan
tarung dalam serial ini juga dieksekusi dengan cukup rapi. Kuda – kuda dan
koreografi antar karakter, hingga pertukaran pukulan dikemas secara apik. Dan
tidak seperti beberapa serial yang lain, Nanana juga cukup berani untuk
memasukkan luka – luka yang cukup fatal, termasuk pendarahan (walaupun yang
terakhir ini nampaknya sengaja dimasukkan untuk mencapai efek komedik
hiperbolik), dalam beberapa adegannya.
Ruin 1, Treasure: Teapot That Doesn't Need Tea Leaves. |
Ruin 2, Treasure: The Wizard's Cane |
Ruin ???, Treasure: ??? |
Oh iya, satu lagi poin plus dari serial ini. Musiknya.
Selain Butterfly Effect yang dibawakan secara enerjik oleh Shiritsu Ebisu
Chuugaku sebagai lagu pembuka, Sphere (iya, idol group yang ada Aki Toyosaki
sama Haruka Tomatsu nya itu lo …) juga turut andil membawakan lagu penutupnya,
Kasukana Hisokana Tashikana Mirai, yang menurut saya benar – benar enak buat
didengar. Musik latar yang didominasi oleh genre
Orkestra juga memegang peranan besar dalam serial ini. Mulai dari tema –
tema yang berhubungan dengan penelusuran Ruins
yang memberikan suasana seperti saat memainkan game RPG atau Dungeon Crawler, lalu komposisi santai
yang menyertai adegan sehari – hari, dan ditambah lagi dengan adanya gubahan
yang berfungsi sebagai prelude Boss Theme (serius, ADA MUSIK YANG DIKHUSUSKAN
SEBAGAI PEMBUKA SCENE MELAWAN BOSS, meskipun tidak seepik Dancing Mad- nya
Final Fantasy VI), membuat serial ini sangat keren. Entah apa yang dipikirkan
composer serial ini, Keigo Hoashi, saat membuat soundtrack dari anime ini, karena kontribusi Hoashi yang sebelumnya
dalam anime Tasogare Otome x Amnesia tidak terlalu menarik perhatian saya.
Sayangnya, walaupun ditopang dengan visual yang keren dan
arsitektur yang memikat, serial ini tidak didukung oleh animasi yang mumpuni.
Disutradarai oleh Kanta Kamei (Usagi Drop, Oreshura), dan diproduksi oleh A-1
Pictures (AnoHana, Sora no Oto, Uchuu Kyoudai), animasi Nanana tidak bisa
dikatakan “bersih”. Terdapat beberapa transisi adegan yang kasar, dan
pergerakan sekuens (terutama untuk adegan yang relatif cepat) terasa melompat –
lompat. Mungkin, karena A-1 Pictures pada saat ini sedang disibukkan oleh
beberapa anime lainnya (Fairy Tail Season 2, Sword Art Online II,
Aldnoah.Zero). Walaupun demikian, detil – detil kecil tadi tidak membuat saya
komplain, seperti yang saya lakukan pada Soredemo Sekai wa Utsukushii.
Intinya, petualangan mencari harta karun yang memulai
perjuangannya sebagai anime Underdog
ini berhasil memanfatkan potensial yang dimiliki dan menjadikannya tontonan
yang paling tidak terduga musim ini. Karakter yang benar – benar berwarna,
visual yang manis, dan musik yang (lumayan) epik, membuat siapa saja yang
menonton Ryuugajou Nanana no Maizoukin ini bakal bertanya – tanya, kapan season duanya dibuat. Saya pun termasuk
dari mereka yang menunggu – nunggu petualangan selanjutnya dari Juugo, Tensai,
Yuiga, Adventure Club, Matsuri, dan tentu saja, GREAT 7 itu sendiri.